Welcome to my blog :)

rss

Jumat, 05 November 2010

KRITIK TERHADAP PEMIKIRAN KARL MARX

Jika kita perhatikan bahwa pemikiran marx merupakan bentuk keprihatinan mengenai nasib buruh yang amat memprihatinkan di eropa kala itu. Dalam sistem kapitalisme eropa pada saat itu buruh amat di eksploitasi tenaganya dengan upah yang sangat murah untuk memenuhi kebutuhan produksi para pemilik modal. Dalam teorinya yang terkenal surplus value, marx menggambarkan bahwa dalam suatu nilai komoditas buruh hanya mendapat jatah yang merupakan sebagian dari biaya produksi, sedangkan yang menjadi surplus dari komoditas tersebut tidak dinikmati sama sekali oleh para buruh. Hal ini yang kemudian mendasari munculnya teori sosialisme marxisme.

Lebih lanjut menurut marx, kondisi tersebut menunjukkan kapitalisme yang semakin tinggi justru akan menghancurkan kapitalisme itu sendiri. Kapitalisme selalu berusaha memperbanyak pegumpulan kekayaan. Membeli byk modal dan relatif tdk butuh tenaga kerja akan mengurangi nilai surplus keuntungan.Penggantian tenaga kerja dgn mesin akan meningkatkan pengangguran . serta dengan upah yang tetap rendah akan menimbulkan keresahan sosial. Ini akan mengakhiri kapitalisme.

Marx berpendapat bahwa kehancuran kapitalisme akan ditandai engan revolusi sosial yang dilakukan para buruh. Revolusi sosial tersebut akan mengubah tatanan masyarakat dari ekonomi kapitalis menuju ekonomi sosialis. Keberhasilan Ekonomi sosialis baru tersebut akan ditandai oleh beberapa hal seperti penghapusan hak milik atas tanah dan menggunakan semua bentuk sewa tanah u/ tujuan2 umum,program pajak pendapatan progresif atau gradual,Pemusatan kredit di tangan Negara,Pemusatan alat2 komunikasi dan transportasi di tangan Negara,,Pengembangan pabrik2 dan alat2 produksi milik negara.

Sampai pada tahap tersebut sebenarnya tidak ada masalah antara pemikiran marx dengan para revisionisnya. Namun satu perbedaan yang menjadi perdebatan adalah mengenai cara revolusi sosial yang digambarkan marx tersebut terjadi. Marx berpendapat bahwa revolusi sosial tersebut akan terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu selama tahap kapitalisme menuju kehancuran buruh juga akan dimatangkan dengan sendirinya untuk mengganti tatanan kapitalisme itu. Pendapat tersebut yang dianggap oleh para revisionis menjadi kelemahan dari pemikiran marx.

Ketika saya membaca pokok pokok pikiran Bernstein (salah satu revisionis marx yang muncul dengan pemikirannya sendiri. Bernstein merupakan seorang politisi disamping sebagai teoriwan sosialis democrat jerman.) dengan kondisi ekonomi sekarang, saya mendapatkan gambaran yang lebih rasional tentang bagaimana perubahan menuju sosialisme bisa terjadi. bagaimana tidak, jika marx menggambarkan sosialisme hanya akan tercipta ketika kapitalisme runtuh, maka selama kapitalisme masih dapat mempertahankan surplus valuenya otomatis revolusi sosial tidak akan terjadi. Lebih riilnya lagi apabila apabila Negara Negara pendukung kapitalisme sukses dalam kebijakan kebijakan anti monopoli dan pasar bebasnya, maka seperti yang dikatakan Bernstein, kapitalisme tidaklah sedang menuju kehancuran. Hal itu berarti amat sulit untuk mengharapkan revolusi sosial terjadi secara otomatis.

Bernstein seperti halnya revisionis yang lain memikirkan cara untuk mempercepat terjadinya sosialisme. Namun tidak seperti Lenin yang gagal melaksanakan revolusi sosial di Russia, pemikiran bernstein tampaknya mempunyai progress dari waktu ke waktu dan lebih bisa diterima di Negara Negara penganut paham kapitalis itu sendiri. Seperti halnya di inggris dimana partai serikat buruh berhasil secara terus menerus menguasai parlemen. Hal itu berakibat nilai tawar buruh di inggris yang tinggi.

Satu lagi yang menjadi kelebihan dari pemikiran ini adalah pada saat terjadinya perubahan menuju sosialisme terlihat bahwa lebih kecil kemungkinan terjadi chaos dan stagnasi ekonomi. Hal itu disebabkan karena dalam pemikiran Bernstein pada saat perubahan menuju sosialisme, kapitalisme akan secara sukarela untuk digantikan. Jauh berbeda dengan Lenin dimana perubahan sosial dilakukan dengan menghapus secara paksa kapitalisme.

Artinya pemikiran Bernstein layak dikedepankan dalam proses menuju masyarakat sosialisme seperti yang diutopiakan oleh karl marx dimana terdapat pembagian hasil yang adil dalam ekonomi masyarakat.

Ilmplikasi-implikasi teori Marx tentang masyarakat pada dasarnya berhubungan sebab-akibat. Dengan menelanjangi mekanisme-mekanisme yang berlangsung di dalam ekonomi kapitalis Marx merasa mampu meramalkan keruntuhannya yang segera menyonsong. Selain itu, dilihat dari teorinya tentang produksi pabrik dan stabilitas sistem yang ada di dalamnya, maka dapat ditemukan bahwa ilmplikasi Marx juga merujuk pada revolusi proktarial.

Teori Marxian kadang-kadang dikatakan tidak konsisten di dalam dirinya sendiri. Marx tidak berpikir bahwa sebab-sebab material dari tingkah-laku sosial melampaui kesadaran manusia. Ketidak konsisten-an dikatakan terjadi dalam kritik Marx atas moralitas sebagai ungkapan dari kepentingan-kepentingan kelas yang disembunyikan sebagai patokan-patokan hak yang bersifat universal dan dipakai oleh kelas-kelas lain sebagai hasil dari kesadaran palsu. Kelemahan Marx sebagai seorang filsuf moral barangkali adalah dia relatif kurang memberi persetujuan evaluatif mengenai prioritas moral dari kedamaian, kemakmuran, harmoni sosial dan kerja kreatif...

Rabu, 20 Oktober 2010

ANALISIS DESA DENGAN 5 POKOK MASALAH HIDUP YANG MENENTUKAN ORIENTASI NILAI BUDAYA



ANALISIS DESA DENGAN

5 POKOK MASALAH HIDUP YANG MENENTUKAN ORIENTASI NILAI BUDAYA

“F.R. KLUCKHON DAN F.L. STROTBECK”

( DESA BELUK KENEK KEC.AMBUNTEN KAB. SUMENEP )

Disini kami mencoba untuk menganalisa Desa Beluk Kenek Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep dengan 5 pokok masalah hidup yang menentukan orientasi nilai budaya (F.R. Kluckhon dan F.L. Strotbeck) yang telah ada dalam buku sosiologi pedesaan.

Desa di atas terletak di bagian utara kota sumenep (daerah pantura), karena desa ini sekitar 3 kilo dari laut. Masyarakat desa ini merupakan masyarakat yang notabeninya menggeluti profesi sebagai petani, pedagang dan melaut, namun ada juga yang berprofesi sebagai guru dilembaga sekitar.

1.Hakekat dan sifat hidup

Disini kami menitik beratkan terhadap hidup itu buruk dan harus diperbaiki, karena orientasi yang akan kami bahas nanti adalah konflik yang terjadi di sebagian lapis masyarakat yang ada dalam desa tersebut, seperti halnya pemilihan kepala desa yang mungkin juga sering digelar didesa-desa lain, hal itu rentan menimbulkan konflik antara calon satu dan calon lainnya, baik itu sebelum dan sesudah pilkades. Seperti yang terjadi didesa yang kami jadikan sampel, hal yang memicu timbulnya konflik tersebut juga bervariasi, mulai dari kekecewaan, pembagian tanah pecaton, dll. Konflik lain yang juga kami temui didesa itu adalah kepemilikan pohon yang tidak jelas, dalam artian antara kedua belah pihak sama-sama mengakui bahwa pohon A ini miliknya karena pohonnya itu lebih dekat dengan lahan tanahnya, sehingga nantinya juga menimbulkan adu mulut yang berujung pada adu fisik.

2. Hakikat karya

Dalam analisa hakikat karya ini kami berorientasi pada Sub karya untuk hidup, karena di desa ini banyak sekali orang yang kreatif dalam berkarya atau melakukan suatu pekerjaan yang mungkin tidak semua orang bisa menekuni orientasinya adalah untuk melangsungkan kehidupan yang layak. Dalam artian hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan untuk mencapai suatu kedudukan yang lebih ditimbang dari yang lainnya. Seperti halnya melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas, yang hal tersebut masih sangat minim sekali para remaja menerapkannya.

3. Hakikat manusia dalam ruang waktu

Pada poin hakikat ketiga ini masyarakat desa yang kami jadikan sampel orientasinya adalah masa depan, terbukti dengan adanya masyarakat yang masih memikirkan anak cucunya dengan memperbanyak lahan persawahan dan penanaman pepohonan di persawahan mereka. Hal itu dilakukan karena mereka berpikir ketika ia nanti tiada anak cucunya bisa meneruskan lahan dan tanamannya untuk dijadikan sebagai asset atau simpanan jangka panjang. Hal lain juga dapat kami lihat di desa tersebut yaitu adanya kepedulian terhadap kepentingan bersama dalam jangka panjang, seperti tidak diperbolehkannya mobil pengangkut alat berat melewati jalan tersebut karena khawatir jalan cepet rusak. Hal yang demikian menurut kami masyarakat desa tersebut sudah berorientasi terhadap masa depan.

4. Hakikat hubungan manusia dengan alam

Pada hakikat ini kami orientasikan desa kami pada masyarakat yang menguasai alam, terbukti dengan banyaknya masyarakat yang bisa mengelola alam dengan baik seperti halnya persawahan yang menjadi lahan pertanian dan juga bisa mengoperasikan tekhnologi yang ada seperti alat untuk membajak sawah. Hal itu menurut kami termasuk dalam katagori masyarakat yang bisa menguasai alam atau bisa mengendalikan alam sekitar untuk dijadikan sebagai alat untuk memicu meningkatnya perekonomian dan pembangunan yang ada di desa tersebut.

5. Hakikat hubungan manusia dengan manusia

Selain daripada itu kehidupan masyarakat desa tersebut bisa dikatakan sangat rukun dan peduli antar sesama, dalam artian masyarakat desa ini bisa digolongkan dalam katagori masyarakat yang suka tolong menolong, seperti yang dijelaskan dalam hakikat hubungan manusia dengan manusia yang mana didalamnya mengandung sub yang mengarah pada jiwa tolong menolong, didesa yang kami teliti di sini merupakan desa yang masih kental sekali dengan istilah tolong meolong , mengapa demikian setelah kami lihat dilapangan dan kami korelasikan dengan beberapa penjelasan yang ada dalam bukunya sajogyo pudjiwati sajogyo “sosiologi pedesaan” desa ini masih menganut sisitem tersebut, terbukti ketika desa tersebut ada suatu acara baik itu pernikahan, orang meninggal, orang membangun rumah,masyarakat dan tetangga disekitar yang mempunyai hajatan atau acara tersebut berbondong –bondong untuk membantu demi suksenya atau lancarnya acara tersebut, bahkan tetangga yang jauh sekalipun datang untuk membantu. mungkin mereka sadar bahwa dalam hidupnya pada hakikatnya ia selalu tergantung kepada sesamanya, maka dari itulah mereka berusaha untuk memelihara hubungan yang baik dengan sesamanya, selalu membantu satu sama lain, dan selalu ingat bahwa ia sebaiknya jangan berusaha menonjol melebihi yang lain dalam masyarakatnya.

Desa yang kami jadikan sampel disini memang masih sangat banyak sekali hal-hal yang ketika dikorelasikan dengan beberapa penjelasan yang ada dalam buku sosiologi pedesaan sangat erat sekali kaitannya, ada banyak variasi tolong menolong yang terjadi dalam desa kami, seperti tolong menolong yang mengharapkan untuk mendapatkan pertolongan juga (timbal balik) seperti dalam hal pertanian, ada sebagian orang yang terpengaruh untuk menolong orang lain karena mereka ingin mendapat pertolongan juga. Misalnya ketika musim panen jagung atau padi, mereka membantu manen karena mereka khawatir ketika ia mau panen nanti tidak ada yang membantu. Dan juga kebiasaan di desa yang kami jadikan sampel itu menganut sistem giliran. hal yang demikian itu kebanyakan terjadi dalam ranah pertanian. Namun tidak sedikit dari masyarakat desa belluk kenek kecamatan ambunten kabupaten sumenep yang melakukan pertolongan tersebut murni karena ia ingin membantu sesama.

Daftar pustaka :

-Sajogyo, Pudjiwati Sajogyo, sosiologi pedesaan, Yogyakarta 2002


Ditulis Oleh: Moh. Rusydi Zain

Minggu, 26 September 2010

Sekilas lahirnya jurusan Sosiologi Universitas Trunojoyo

Sekilas Tentang Lahirnya Jurusan Sosiologi

Universitas Trunojoyo

1. Siapa pendiri Jurusan Sosiologi di Universitas Trunojoyo?

Kalau ditanya siapa pendiri tentu berkaitan dengan nama orang, namun ada baiknya terlebih dahulu diceritakan kronologisnya, sebagai berikut: ketika rektor pertama Universitas Trunojoyo dijabat oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H.M. Ikhsan Samaoen, M.Sc, saya diberi tugas secara lisan untuk menyusun konsep dalam rangka mempersiapkan pembukaan Jurusan Sospol (Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) berkoordinasi dengan Dekan Fakultas Hukum yang berlangsung pada awal tahun 2002. Diskusi saya berdua dengan Pak Amir (Dekan FH Unijoyo) waktu itu terus berlangsung, kemudian saya usulkan untuk membuka atau mendirikan Jurusan Sosiologi berdasarkan kondisi objekktif masyarakat Madura dan Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya yang juga didasarkan pada sumber kurikulum dari berbagai Jurusan Sosiologi terkemuka di Indonesia.

2. Sejak kapan Jurusan Sosiologi berdiri di Universitas Trunojoyo?

Jurusan Sosiologi berdiri sejak bulan September Tahun 2002 yang diawali dengan dimulainya perkuliahan Semester I (perdana) Tahun Ajaran baru 2002/2003

3. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Jurusan Sosiologi di Universitas Trunojoyo?

Secara umum berdirinya Jurusan Sosiologi ingin menyumbangkan perencanaan di bidang sosial dalam hal ini mengembangkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Sosiologi yang pada intinya mempelajari masyarakat dengan berbagai karakteristiknya, Maka kehadiran Jurusan Sosiologi Universitas Trunojoyo di pulau madura adalah sangat strategis karna telah diketahui bahwa masyarakat madura memiliki ke unikan tersendiri untuk dipelajari lewat kajian sosiologis. Keunikan ini diantaranya bahwa masyarakat madura memiliki potensi dan kemandirian yang besar dalam hidup dan kehidupannya. tidak heran bahwa mereka mampu bertahan (survive) dan mengembangkan usahanya diberbagai pelosok tanah air maupun pelosok dunia. Kajian secara khusus pada masyarakat madura secara lebih mendalam dapt dipelajari melalui Jurusan Sosiologi. Oleh karenanya dengan kehadiran Jurusan Sosiologi diharapkan dapat lebih komprehensif dalam mmempelajari masyarakat madura pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, yang pada gilirannya ingin menyumbangkan pengembangan kualitas sumber daya manusia berdasarkan kajian sosiologis

4. Bagaimana proses berdirinya Jurusan Sosiologi?

Proses berdirinya Jurusan Sosiologi tidak terlepas dari rencana besar Universitas trunojoyo yaitu antara lain akan mendirikan fakultas baru yang tertuang dalam rencana strategis Universitas Trunojoyo yang pada awalnya direncanakan akan membuka FISIP (Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik) dan juga tertuang dalam master plan Unijoyo. perlu diketahui Jurusan Sosiologi merupakan cikal bakalnya, oleh karenanya perekrutan atau usulan tambahan dosen-dosen Jurusan Sosiologi selalu dilibatkan dengan dosen yang nantinya akan mengiisi FISIP ini, yakni pada rencana berikutnya akan membuka Jurusan Ilmu Komunikasi dimana dosen-dosennya sudah diusulkan dan sekarang sudah berhasil membuka Jurusan Ilu Komunikasi. Rencana selanjutnya akan mebuka Jurusan Psikologi. Perkembangan berikutnya adalah nama Fakultas yang semula FISIP berubah menjadi FISIB (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya), karena didalamnya akan mengembangkan juga jurusan sastra.

Proses berdirinya Jurusan Sosiologi bisa di katakan unik, karena biasanya jurusan tersebut sudah boleh menerima mahasiswa baru kalau ijin menyelenggaraan suatu program Studi sudah terbit. Namun tidak halnya dengan Jurusan Sosiologi karena termasuk melengkapi jurusan-jurusan yang ada di Universitas Trunojoyo yang baru berdiri. Jurusan Sosiologi untuk pertama kali menerima mahasiswa pada Tahun Ajaran 2002/2003. Program Studi Sosiologi mendapatkan ijin penyelenggaraan program studi yang terbit pada tanggal 18 Mei 2004, No.1167/D/T/2004 oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Bapak Satryo Soemantri Brodjonegoro. Tiga tahun kemudian berdasarkan surat No.563/D/T/2007 tepatnya tanggal 20 Maret 2007 terbit ijin perpanjangan penyelenggaraan Prodi Sosiologi yang ditandatangani oleh Dirjen Dikti yang dijabat oleh Satryo Soemantri Brodjonegoro.

5. Bagaimana perkembangan Jurusan Sosiologi dari dulu sampai sekarang?

Ditinjjau dari jumlah mahasiswa terus mengalami perkembangan, hanya satu kali saja sejak berdirinya jurusan ini yaitu pada tahun keempat mengalami jumlah penurunan mahasiswa. Ditinjau dari jumlah dosen juga mengalami penurunan baik kuantitas maupun kualitasnya. Sedangkan ditinjau dari bobot atau kualitas perkuliiahan dan pengembangan kurikulumnya juga mengalami kemajuan, hal ini ditandai dengan perubahan kurikulum, yaitu peninjauan kurikulum Jurusan Sosiologi Universitas Trunojoyo sejak dinegerikan pada tahun 2001 sampai sekarang telah dilakukan sebanyak dua kali. Pertama, dilakukan pada tahun 2003. Kedua, pada tahun 2005 dengan diskusi secara periodik dan mendatangkan nara sumber, serta studi banding ke Jurusan Sosiologi yang sudah mapan.

Kedepan Jurusan Sosiologi akan melaksanakan metode Learner Center Learning (LNL) yaitu mahasiswa menjadi pusat pembelajaran dengan memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk belajar dan dosen sebagai fasilitator dan motivator.

Mudah-mudahan apa yang saya kemukakan ini ada manfaatnya.,

Bangkalan, 11 Juni 2008

Hasil wawancara dengan

Drs. Subandri, MS

(Dosen Jurusan Sosiologi)