
ANALISIS DESA DENGAN
5 POKOK MASALAH HIDUP YANG MENENTUKAN ORIENTASI NILAI BUDAYA
“F.R. KLUCKHON DAN F.L. STROTBECK”
Disini kami mencoba untuk menganalisa Desa Beluk Kenek Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep dengan 5 pokok masalah hidup yang menentukan orientasi nilai budaya (F.R. Kluckhon dan F.L. Strotbeck) yang telah ada dalam buku sosiologi pedesaan.
Desa di atas terletak di bagian utara kota sumenep (daerah pantura), karena desa ini sekitar 3 kilo dari laut. Masyarakat desa ini merupakan masyarakat yang notabeninya menggeluti profesi sebagai petani, pedagang dan melaut, namun ada juga yang berprofesi sebagai guru dilembaga sekitar.
1.Hakekat dan sifat hidup
Disini kami menitik beratkan terhadap hidup itu buruk dan harus diperbaiki, karena orientasi yang akan kami bahas nanti adalah konflik yang terjadi di sebagian lapis masyarakat yang ada dalam desa tersebut, seperti halnya pemilihan kepala desa yang mungkin juga sering digelar didesa-desa lain, hal itu rentan menimbulkan konflik antara calon satu dan calon lainnya, baik itu sebelum dan sesudah pilkades. Seperti yang terjadi didesa yang kami jadikan sampel, hal yang memicu timbulnya konflik tersebut juga bervariasi, mulai dari kekecewaan, pembagian tanah pecaton, dll. Konflik lain yang juga kami temui didesa itu adalah kepemilikan pohon yang tidak jelas, dalam artian antara kedua belah pihak sama-sama mengakui bahwa pohon A ini miliknya karena pohonnya itu lebih dekat dengan lahan tanahnya, sehingga nantinya juga menimbulkan adu mulut yang berujung pada adu fisik.
2. Hakikat karya
Dalam analisa hakikat karya ini kami berorientasi pada Sub karya untuk hidup, karena di desa ini banyak sekali orang yang kreatif dalam berkarya atau melakukan suatu pekerjaan yang mungkin tidak semua orang bisa menekuni orientasinya adalah untuk melangsungkan kehidupan yang layak. Dalam artian hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan untuk mencapai suatu kedudukan yang lebih ditimbang dari yang lainnya. Seperti halnya melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas, yang hal tersebut masih sangat minim sekali para remaja menerapkannya.
3. Hakikat manusia dalam ruang waktu
Pada poin hakikat ketiga ini masyarakat desa yang kami jadikan sampel orientasinya adalah masa depan, terbukti dengan adanya masyarakat yang masih memikirkan anak cucunya dengan memperbanyak lahan persawahan dan penanaman pepohonan di persawahan mereka. Hal itu dilakukan karena mereka berpikir ketika ia nanti tiada anak cucunya bisa meneruskan lahan dan tanamannya untuk dijadikan sebagai asset atau simpanan jangka panjang. Hal lain juga dapat kami lihat di desa tersebut yaitu adanya kepedulian terhadap kepentingan bersama dalam jangka panjang, seperti tidak diperbolehkannya mobil pengangkut alat berat melewati jalan tersebut karena khawatir jalan cepet rusak. Hal yang demikian menurut kami masyarakat desa tersebut sudah berorientasi terhadap masa depan.
4. Hakikat hubungan manusia dengan alam
Pada hakikat ini kami orientasikan desa kami pada masyarakat yang menguasai alam, terbukti dengan banyaknya masyarakat yang bisa mengelola alam dengan baik seperti halnya persawahan yang menjadi lahan pertanian dan juga bisa mengoperasikan tekhnologi yang ada seperti alat untuk membajak sawah. Hal itu menurut kami termasuk dalam katagori masyarakat yang bisa menguasai alam atau bisa mengendalikan alam sekitar untuk dijadikan sebagai alat untuk memicu meningkatnya perekonomian dan pembangunan yang ada di desa tersebut.
5. Hakikat hubungan manusia dengan manusia
Selain daripada itu kehidupan masyarakat desa tersebut bisa dikatakan sangat rukun dan peduli antar sesama, dalam artian masyarakat desa ini bisa digolongkan dalam katagori masyarakat yang suka tolong menolong, seperti yang dijelaskan dalam hakikat hubungan manusia dengan manusia yang mana didalamnya mengandung sub yang mengarah pada jiwa tolong menolong, didesa yang kami teliti di sini merupakan desa yang masih kental sekali dengan istilah tolong meolong , mengapa demikian setelah kami lihat dilapangan dan kami korelasikan dengan beberapa penjelasan yang ada dalam bukunya sajogyo pudjiwati sajogyo “sosiologi pedesaan” desa ini masih menganut sisitem tersebut, terbukti ketika desa tersebut ada suatu acara baik itu pernikahan, orang meninggal, orang membangun rumah,masyarakat dan tetangga disekitar yang mempunyai hajatan atau acara tersebut berbondong –bondong untuk membantu demi suksenya atau lancarnya acara tersebut, bahkan tetangga yang jauh sekalipun datang untuk membantu. mungkin mereka sadar bahwa dalam hidupnya pada hakikatnya ia selalu tergantung kepada sesamanya, maka dari itulah mereka berusaha untuk memelihara hubungan yang baik dengan sesamanya, selalu membantu satu sama lain, dan selalu ingat bahwa ia sebaiknya jangan berusaha menonjol melebihi yang lain dalam masyarakatnya.
Desa yang kami jadikan sampel disini memang masih sangat banyak sekali hal-hal yang ketika dikorelasikan dengan beberapa penjelasan yang ada dalam buku sosiologi pedesaan sangat erat sekali kaitannya, ada banyak variasi tolong menolong yang terjadi dalam desa kami, seperti tolong menolong yang mengharapkan untuk mendapatkan pertolongan juga (timbal balik) seperti dalam hal pertanian, ada sebagian orang yang terpengaruh untuk menolong orang lain karena mereka ingin mendapat pertolongan juga. Misalnya ketika musim panen jagung atau padi, mereka membantu manen karena mereka khawatir ketika ia mau panen nanti tidak ada yang membantu. Dan juga kebiasaan di desa yang kami jadikan sampel itu menganut sistem giliran. hal yang demikian itu kebanyakan terjadi dalam ranah pertanian. Namun tidak sedikit dari masyarakat desa belluk kenek kecamatan ambunten kabupaten sumenep yang melakukan pertolongan tersebut murni karena ia ingin membantu sesama.
Daftar pustaka :
-Sajogyo, Pudjiwati Sajogyo, sosiologi pedesaan, Yogyakarta 2002
Ditulis Oleh: Moh. Rusydi Zain
1 komentar:
waduuhhh nii tulisan surdy kok ada dsni iia??? sruh bwt blog sndri kak pas le sor ABGB pa tobuk kuah !!! wkwkkwkkw
Posting Komentar